Sentani, semuwaberita.com - Duka mendalam dirasakan keluarga besar PT. Semuwa Aviasi Mandiri (SAM) Air atas insiden kecelakaan pesawat PK-SMW yang menabrak tebing di pegunungan Yalimo, Papua Pegunungan, pada Kamis (23/06/2023) lalu.
Peristiwa naas ini mengakibatkan 6 orang yang terdiri dari 2 kru dan 4 penumpang meninggal dunia Pesawat jenis Caravan itu dipiloti Kapten Hari Permadi dan kopilot Levi Telenggen.
Kapten Hari Permadi diketahui merupakan pilot senior yang sudah memiliki ribuan jam terbang. Almarhum juga merupakan instruktur dari Maskapai SAM Air, yang mengajarkan langsung cara mengoperasikan pesawat kepada sejumlah pilot pilot muda.
Kehilangan sosok guru, pelatih, pembimbing yang baik hati sangat dirasakan para pilot muda yang selama ini terbang mendampingi almarhum, menjelajah langit pelosok Papua.
"Kapten Hari adalah seorang yang tidak pernah mau dipanggil Kapten ketika kami terbang bersamanya. Beliau hanya mau dipanggil kaka. Karena katanya, kita diatas ini terbang bersama sebagai kakak dan adik," ungkap Reza Ragainaga, salah satu pilot muda yang menjadi anak didik almarhum di maskapai SAM Air.
"Kita dari teman teman kopil juga tahu, bagaimana kaka Hari, berusaha mengajarkan kami dari yang tidak tahu apa apa, akhirnya menjadi tahu," ucapnya sedih.
Mentor Terbaik
Reza juga mengenang almarhum sebagai seorang mentor yang selalu mempertahankan penerbangan sesuai prosedur terbang secara baik dan benar.
"Apalagi terbang di wilayah Papua yang lebih banyak kritikal momen yang terjadi. Tapi kaka Hari menetapkan standar keamanan tinggi buat kita, untuk menjaga kita muridnya lebih baik lagi," kenangnya.
"Selamat jalan kaka Hari, mentor kami terbaik, yang selalu tersenyum, yang tidak pernah memberikan batas antara senior dan yunior. Tuhan lebih sayang kaka, kami akan selalu merindukanmu," sedihnya.
Rasa sedih dan kehilangan juga dirasakan Direktur Utama PT.SAM Air, Wagus Hidayat. "Tentunya kami sangat kehilangan sosok saudara, sahabat yang selama ini sudah bersama sama dengan kami layaknya keluarga," akunya.
Ia menceritakan bahwa, almarhum adalah sosok pilot senior yang punya dedikasi tinggi dalam melayani penerbangan masyarakat di wilayah pedalaman Papua.
"Hampir seluruh wilayah Papua sudah pernah ia singgahi untuk membantu pendistribusian barang kebutuhan pokok dan juga penumpang," terangnya.
Diakui Dayat, sebelum akhirnya kembali bergabung di SAM Air pada Januari 2023, almarhum sempat istirahat paska alami insiden ditahan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di daerah Intan Jaya pada 2020 silam.
"Saat itu almarhum bersama kopilnya, Yosep Mayau terbang ke daerah Bongalaga Intan Jaya, lalu kemudian di bandara mereka ditahan oleh KKB yang bersenjata lengkap. Namun alhamdulillah, mereka akhirnya dilepas setelah, kopilnya bernegosiasi dengan KKB," kenang Dayat.
Trauma
Karena kejadian itu, almarhum alami trauma dan memilih untuk istirahat. Apalagi setelah kejadian masuki masa pandemi Covid-19 di tahun 2020.
"Almarhum sempat membuka usaha dagang di Nabire, lalu sempat kembali terbang di maskapai Pegusus, lalu pada awal Januari kemarin, kembali bergabung di SAM Air," terang Dayat.
Kapten Hari Permadi lahir di Biak, 41 tahun silam, memiliki seorang istri bernama Suriati dan dua orang putra putri bernama Zahfa dan Zalwa.
Almarhum berasal dari keluarga pilot, ayahnya yang sudah almarhum merupakan pilot senior dari maskapai Trigana Air Service dan ketiga adiknya juga berprofesi sama sebagai seorang pilot.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat jenis Caravan milik PT.SAM Air alami kecelakaan menabrak tebing, di Distrik Welarek, Yalimo pada Jumat (23/06/2023) pagi.
Saat itu, pesawat yang diawaki oleh Pilot Capt. Hari Permadi dan Co-pilot Levi Telenggen dan membawa penumpang yaitu Petrus Kepno, Ebet Halerohon, Roni Halerohon dan Tromina Halerohon, terbang dari bandara Elelim menuju kampung Poik, Distrik Welarek.
Namun setelah terbang kurang lebih 7 menit, pesawat dikabarkan hilang kontak. Pesawat ditemukan pada pukul 4 sore di lokasi tebing curam dengan kondisi hancur dan terbakar.
Evakuasi korban sempat terkendala medan yang sulit dan cuaca ekstrem, sehingga baru berhasil dilakukan pada Selasa (27/06). Proses evakuasi dan pencarian korban dilaksanakan Tim SAR gabungan yang terdiri dari 6 personil SAR dan 6 personil Kopasgat.(Irn)