Jayapura, semuwaberita.com - Mahkamah Konstitusi menolak gugatan yang diajukan pasangan 01,Benhur Tomi Mano - drh.Constan Karma (BTM-CK) dalam sidang putusan sengketa PSU Pilkada Gubernur Papua, yang berlangsung di Mahkamah Konstitusi (MK) Jakarta, Rabu (17/09/2025).
Dengan ditolaknya gugatan BTM - CK oleh Mahkamah Konstitusi, maka secara otomatis pasangan nomor urut 2, Matius Fakhiri - Aryoko Rumaropen (MARIYO) sah sebagai pasangan pemenang suara terbanyak dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Gubernur Papua sebagaimana hasil penetapan KPU.
Untuk diketahui pasangan MARIYO unggul dengan perolehan 259.817 suara atau 50,4 persen dari pasangan BTM- CK yang meraih 255.683 suara atau 49,6 persen, dengan selisih 4.134 suara.
putusan ini bukan hanya sekedar menandai berakhirnya perdebatan politik dan hukum yang terjadi di ruang-ruang publik atas gelaran Pilkada Papua, tetapi juga sekaligus sebagai level tertinggi atas legitimasi politik dan kedaulatan rakyat yang diberikan kepada Pasangan MARIYO yang nantinya akan ditindaklanjuti dengan penetepan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Papua terpilih oleh KPU Papua 3 hari sejak Putusan MK diucapkan.
Dalam konferensi pers di Jakarta, calon Gubernur Papua terpilih, Matius Fakhiri meminta kepada simpatisan, relawan serta seluruh pendukung MARIYO dimanapun berada agar tidak memaknai Putusan MK ini sebagai kemenangan MARI-YO semata.
“Putusan ini memberikan pesan sebagai kemenangan seluruh rakyat papua tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, golongan dan aliran politik. Tidak ada lagi jargon nomor 1 maupun nomor 2, yang ada sekarang adalah nomor 3, yaitu persatuan Indonesia, persatuan seluruh rakyat Papua,” seru Fakhiri didampingi Calon Wakil Gubernur terpilih, Aryoko Rumaropen.
Menurut Fakhiri, Pilkada Papua ini telah menguras begitu banyak energi, sumberdaya, waktu bahkan juga logistic yang tidak sedikit. Pilkada ini juga telah menggerus energy positif dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat Papua dengan munculnya isu identitas yang kontra-produktif yang berpotensi mencederai hubungan persaudaraan, kekerabatan dan persahabatan sesama anak bangsa.
“Untuk itu saya mengajak kita semua, lupakan segela perbedaan, tinggalkan semua bentuk perseteruan atau permusuhan yang mungkin saja pernah timbul dalam pergolakan pikiran, hati dan perilaku kita semua. Menang bukan berarti menyakiti yang lainnya. Mari kita maknai semua itu hanya sekedar sebuah gelombang kecil di tengah lautan demokrasi dan kontestasi politik electoral agar dapat sampai pada tujuan yang hakiki yaitu; masyarakat papua,” seru mantan Kapolda Papua ini.
“Kami menyadari sepenuhnya, bahwa mandat rakyat Papua yang telah diletakkan di pundak kami ini bukanlah beban yang ringan. Sebab tantangan pembangunan saat ini dan kedepan cukup berat dan kompleks yang membutuhkan kolaborasi, kerja sama, kerja keras seta kerja cerdas dari seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali. Oleh karenanya, setelah kita bersaing selama satu setengah tahun lebih lamanya, kini saatnya kita harus bersanding, berkolaborasi untuk bekerja secara bersama-sama dan saling membantu mengurai benang kusut pembangunan di Provinsi Papua yang kita cintai,” sambungnya.
Kita semua adalah anak-anak Tuhan, kita semua adalah anak-anak Papua, kita semua adalah anak anak Indonesia yang memiiki tannggung jawab moril mensukseskan agenda-agenda pembangunan demi papua yang lebih maju, sejahtera dan harmoni.(irn)