Jayapura, semuwaberita.com - Kabid Dokkes Polda Papua Kombes Pol dr. Nariyana, S.Ked., M.Kes menegaskan, proses identifikasi enam jenazah korban jatuhnya pesawat SAM Air PK-SMW akan dilakukan melalui tes DNA, dimana membutuhkan waktu paling lama dua pekan untuk mendapatkan hasilnya.
Ini disampaikan Kombes Nariyana kepada wartawan di RS Bhayangkara, Rabu (28/06/2023) siang.
Ia menjelaskan, proses identifikasi Tim DVI Polda Papua telah dimulai pada Selasa (27/06/2023) malam. Dari hasil identifikasi, kondisi jenazah terbakar dan sebagian tubuh ada yang tidak utuh.
“Dengan kondisi jenazah tersebut, Tim DVI akan mengirimkan sampel DNA berupa darah dan gigi ke Puslabfor Mabes Polri untuk identifikasi lebih lanjut. Proses identifikasi diperkirakan akan memakan waktu sekitar 2 pekan,” jelasnya.
Kombes Nariyana menambahkan, proses identifikasi terhadap para korban tidak hanya dilakukan oleh Tim DVI Bid Dokkes Polda Papua, melainkan pihaknya juga dibantu oleh Tim Inafis dan Ditreskrimum Polda Papua.
“Dilihat dari kasus yang dialami para korban, kemungkinan kami akan melakukan proses identifikasi secara primer yakni meliputi Sidik Jari, lalu gigi dan DNA atau yang biasa disebut Post Mortem, namun sebelum itu dilakukan, kami memulai dengan proses pelabelan serta pendataan terlebih dahulu,” terangnya.
Di tempat terpisah, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo, S.H., S.I.K., M.Kom, mengimbau kepada keluarga korban untuk bersabar menunggu hasil identifikasi, untuk nantinya bisa dilakukan pemakaman.
“Tentunya kami akan melakukan hal ini secara maksimal sehingga dapat terselesaikan dengan cepat dan mendapat hasil yang baik guna selanjutnya jenazah korban dapat segera dimakamkan oleh pihak keluarga," tegas Kombes Benny.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat jenis Caravan milik PT.SAM Air alami kecelakaan menabrak tebing, di Distrik Welarek, Yalimo pada Jumat (23/06/2023) pagi.
Saat itu, pesawat yang diawaki oleh Pilot Capt. Hari Permadi dan Co-pilot Levi Telenggen dan membawa penumpang yaitu Petrus Kepno, Ebet Halerohon, Roni Halerohon dan Tromina Halerohon, terbang dari bandara Elelim menuju kampung Poik, Distrik Welarek.
Namun setelah terbang kurang lebih 7 menit, pesawat dikabarkan hilang kontak. Pesawat ditemukan pada pukul 4 sore di lokasi tebing curam dengan kondisi hancur dan terbakar.
Evakuasi korban sempat terkendala medan yang sulit dan cuaca ekstrem, sehingga baru berhasil dilakukan pada Selasa (27/06/2023). Proses evakuasi dan pencarian korban dilaksanakan Tim SAR gabungan yang terdiri dari 6 personil SAR dan 6 personil Kopasgat.(Irn)