Left Sidebar
Left Sidebar
Featured News
Right Sidebar
Right Sidebar

Foto : Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Cahyo Sukarnito/foto:Humas Polda Papua

Kematian Irene Sokoy yang Ditolak RS Bhayangkara, Polda Papua Bentuk Tim Investigasi

Jayapura, semuwaberita.com - Menyikapi kasus meninggalnya Irene Sokoy dan bayi yang dikandungnya akibat lambatnya penanganan medis setelah ditolak sejumlah rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Bhayangkara, Polda Papua membentuk Tim Investigasi yang dipimpin langsung Irwasda Polda Papua Papua, Kombes Pol Jeremias Rontini.

"Menyikapi kejadian ini, bapak Kapolda Papua telah menindaklanjuti dengan memerintahkan untuk membentuk tim investigasi guna melakukan pendalaman sehubungan dengan peristiwa yang terjadi. Tim ini akan dipimpin oleh bapak Irwasda, Kombes Pol Jeremias Rontini," kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Cahyo Sukarnito dalam keterangan persnya di Mapolda Papua, Senin (24/11/2025) siang.

Lanjut Cahyo, tim yang dibentuk ini nantinya akan melakukan investigasi untuk mengetahui apakah yang dilakukan tenaga medis yang bertugas saat kejadian sudah sesuai prosedur pelayanan rumah sakit (SOP) atau tidak.

"Paling utama tentunya untuk memberikan perbaikan pelayanan lebih baik kedepan, sehingga hal-hal seperti ini tidak terulang kembali," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, kematian Irene Sokoy dan bayi  yang dikandungnya menjadi kisah pilu dan meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga besar Kabey-Sokoy di Kampung Hobong, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura.

Apalagi kematiannya diduga kuat karena buruknya pelayanan rumah sakit yang lebih mendahulukan prosedur administrasi daripada nyawa manusia.

​Mendiang Irene Sokoy dan bayi yang dikandungnya meninggal dunia pada Senin (17/11/2025) dini hari, sekitar pukul 05.00 WIT, dalam perjalanan bolak-balik menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura, setelah sebelumnya ditolak di beberapa rumah sakit di Kabupaten dan Kota Jayapura.

"Apa yang keluarga kami alami adalah hal yang sangat menyakitkan. Kami dari kampung datang minta pertolongan medis, tapi tidak dapat pelayanan yang baik," ujar Abraham Kabey, mertua Irene Sokoy yang juga Kepala Kampung Hobong.

Abraham menceritakan kronologi kejadian bermula ketika Minggu (16/11/2025) siang, Irene Sokoy yang sedang hamil anak ketiga, mulai merasakan kontraksi di Kensio, Kampung Hobong, sehingga keluarga memutuskan segera membawa almarhumah menggunakan speedboat ke RSUD Yowari, Kabupaten Jayapura.

​Selama berada di RSUD Yowari, keluarga melihat kondisi Irene semakin memburuk dan mengalami sesak napas. Bahkan bayi dalam kandungan tidak kunjung lahir karena kondisi tubuh yang terlalu besar. Namun, keluarga menyayangkan tidak ada tindakan medis karena alasan dokter sedang tidak berada di tempat.

​Menjelang Tengah Malam,  keluarga meminta rujukan, tetapi proses pembuatan surat lambat dan berlarut-larut. "Kami keluarga sempat ribut karena pelayanan sangat lama, hampir jam 12.00 malam, surat belum juga dibuat," ujar Abraham Kabey dan menyampaikan mobil ambulans baru tiba sekitar pukul 01.22 WIT.

​Surat rujukan pertama mengarahkan keluarga  ke RS Dian Harapan Waena, Kota Jayapura. Namun, di sana keluarga mengaku kembali ditolak dan hanya diberikan ruangan yang gelap dan panas.

​"Rujukan yang diberikan RSUD Yowari tanpa adanya koordinasi. Kalau seandainya sebelumnya sudah ada koordinasi, tidak mungkin kami dibuat seperti ini tanpa ada tindakan medis," ujar Abraham Kabey.

Penolakan serupa terjadi di RSUD Abepura. Pihak RS menolak melayani dengan berbagai alasan. "RS Abepura malah lebih parah. Macam tidak ada tanggapan sampai sempat ada keributan antara keluarga dengan perawat yang bertugas saat itu, sebab karena tidak ada dokter," sambungnya.

​Saat kondisi Irene semakin memburuk, keluarga memutuskan untuk membawa ke RS Bhayangkara di Kotaraja, Kota Jayapura.  Dokter di sana sempat memeriksa rujukan, dan dua perawat melihat pasien di dalam mobil.

​Ironisnya, alih-alih memberikan pertolongan pertama, pihak rumah sakit malah menyampaikan jika kamar rawat inap BPJS penuh dan yang tersisa hanya kelas VIP. Keluarga diminta untuk membayar uang muka sebesar Rp4 juta.

​Karena tidak memiliki uang sebanyak itu, permohonan keluarga agar tindakan medis didahulukan dan administrasi menyusul ditolak. Setelah negosiasi yang gagal, dokter memberikan surat rujukan ke RSUD Jayapura.

​Akhirnya mobil ambulans meninggalkan RS Bhayangkara sekitar pukul 03.30 WIT. Namun, saat memasuki kawasan Entrop, Kota Jayapura. Irene Sokoy mengalami kondisi kritis. Mulutnya mengeluarkan busa dan napasnya tersengal-sengal.

​Melihat itu, keluarga memutuskan untuk kembali ke RS Bhayangkara, tetapi setibanya di sana sekitar pukul 05.00 WIT, nyawa Irene Sokoy dan bayinya sudah tidak dapat diselamatkan.

​"Kami sangat menyesal dengan tindakan para petugas rumah sakit yang tidak ada rasa kemanusiaan, sehingga menyebabkan dua nyawa yang kami sayangi harus melayang," katanya.

​Hal Senada disampaikan Neil Kabey, suami mendiang Irene Sokoy. Ia menyoroti buruknya pelayanan RS terhadap istri dan anaknya, terutama ketiadaan dokter saat pasien sangat membutuhkan penanganan.

"Kalau saat itu di RSUD Yowari ada dokter, saya yakin istri dan anak saya masih hidup. Kenapa tidak ada dokter pengganti jika memang dokter saat itu tidak ada," kata Neil.(irn)

Copyright © Semuwaberita.com | Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media